Kamis, 14 Oktober 2010


Bagus, nggak? Ditunggu komentarnya, ya!

Nata de Melo

Nata de Coco, mungkin sudah tak asing didengar. Nata de Cassava, rasanya baru saja muncul dan terdengar. Lalu, apa lagi Nata de Melo ini?
Nata de Melo adalah nata yang berbahan dasar sari melon, yang diproses secara alami dengan bakteri Acetobacter xylinum yang ditumbuhkan dan dikembangkan sendiri dengan bahan alami.
Bayu Prasetyo dan Agustian Putra, siswa kelas III SMP IPIEMS Surabaya yang juga anggota Kelompok Ilmiah Remaja, menumbuhkan bakteri Acetobacter xylinum dari kecambah dan nanas.Adapun caranya adalah dengan menggunakan daging nanas yang diblender. Sebanyak enam sendok makan ampas nanas dicampur dengan tiga sendok makan gula dan satu sendok makan sari nanas. Sebagai penyedia nitrogen, ditambahkan pula 100 gram kecambah yang sudah dihaluskan dengan blender.
Campuran ini ditempatkan dalam wadah bertutup kawat kasa yang sudah disterilkan. Setelah dua minggu, bakteri yang tampak putih-putih di kasa dikembangkan dengan campuran air kelapa yang sudah direbus, cuka, dan gula.
Setelah bakteri ini siap, setengah buah melon (Cucumis melo) dihancurkan dengan blender menjadi 240 ml sari melon. Dengan tambahan 50 ml bakteri Acetobacter xylinum, 20 ml cuka 25 persen, dan 2-3 sendok makan gula, campuran ditempatkan dalam wadah bertutup tisu roti dan diikat.
Campuran kemudian ditempatkan dalam lemari sehingga tidak terkena cahaya dan dibiarkan 12-13 hari. Saat itu sudah terbentuk lapisan nata de melo yang siap dicuci dan direndam dengan air panas. Setelah dibersihkan, nata de melo sebesar sekitar 75 gram itu dipotong-potong dan disajikan sesuai selera.
Menurut Bayu (14), bakteri Acetobacter xylinum bisa juga ditumbuhkan dengan daging dan kulit nanas. Namun, kata Bayu yang bercita-cita menjadi peneliti, rasa nata de melo lebih kenyal, empuk, dan manis jika bakteri ditumbuhkan dengan ampas daging buah nanas tanpa kulit nanas. Adapun nanas dipilih sebagai media pertumbuhan bakteri karena umumnya Acetobacter xylinum bisa berkembang di buah berkandungan asam.
Dari percobaan, anggota KIR SMP IPIEMS dengan pembimbing Ismukaca itu menguji kandungan vitamin nata de melo ke laboratorium. Hasilnya, nata de melo mengandung serat kasar 1,22 persen dari 100 gramnya. Selain itu, terdapat vitamin A 215 SI, vitamin B 0,03 mg per 100 gram, dan vitamin C 3,2 mg per 100 gram nata de melo.
Selain kandungan asam amino yang cukup tinggi, menurut Ismukaca, pengembangbiakan Acetobacter xylinum sangat alami ketimbang membeli di pasaran. Umumnya, Acetobacter xylinum yang dijual di pasaran dikembangkan dengan pupuk ZA sebagai penyedia nitrogen.
Acetobacter xylinum yang diproduksi sendiri ini juga mempercepat proses pembentukan nata. Selisih waktunya 3-4 hari dan ketebalannya lebih baik. Nata de melo bisa dipanen setelah 12 hari. Adapun nata de coco dengan bakteri yang dibeli di pasaran memerlukan sekitar 16 hari.
Hasil percobaan ini akan dipaparkan dalam Final Lomba Penelitian Ilmiah Remaja di Yogyakarta, 27 September sampai 2 Oktober 2010. Bayu dan Agus menjadi satu-satunya tim yang mewakili Surabaya dan menjadi satu dari 11 tim yang dikirimkan dari Jawa Timur untuk tingkat SMP.
Sebelumnya, berbagai kalangan pernah membuat pula beragam jenis nata. Ada yang membuatnya dari ubi kayu (nata de cassava), nanas (nata de pina), ubi jalar, atau jagung. Namun, pembuatan nata dari melon belum ditemukan referensinya sehingga pembelajaran dilakukan menggunakan prinsip pembuatan nata de coco.
Percobaan membuat nata de melo tentu saja tidak serta-merta berhasil. Pada percobaan pertama, bakteri tidak terbentuk karena wadah dan kasa tidak steril. Akibatnya, bukan bakteri yang dihasilkan, melainkan belatung. Pada usaha kedua, perbandingan ampas nanas lebih sedikit, hanya 4 sdm dan gula hanya 2 sdm. Pada percobaan ketiga, jumlah ampas nanas ditambah menjadi 6 sdm dan gula menjadi 3 sdm dan hasilnya lebih baik.
Nata de melo dengan bakteri yang dikembangbiakkan alami ini berbiaya relatif murah. Menurut Ismukaca, pembuatan bakteri sampai menjadi 75 gram nata de melo hanya menghabiskan biaya Rp 40.000.
Kendati nata de melo sudah berhasil dibuat, tentu saja pengembangan selanjutnya, seperti produksi, pengemasan, dan pengukuran kandungannya, perlu dilakukan secara lebih akurat lagi. Setidaknya dua anak remaja tersebut telah berhasil membuka pintu pengetahuan dengan semangat kewirausahaan yang mereka miliki.
Sumber: Kompas

Subhanalloh...

"SUBHANALLOH..."
Hanya kalimat itu yang bisa aku ucapkan. Subhanalloh... Maha suci Alloh. Setelah aku melihat begitu banyak pemain-pemain bintang sepak bola Prancis yang beragama muslim. Bukan hanya muslim biasa, tapi muslim yang taat. Bahkan ada yang sudah menunaikan ibadah haji.

Sebut saja, Thierry Henry, Karim Benzema, Frank Ribery, Eric Abidal, Lilian Thuram, Lassana Diarra, Samir Nasri, dan Hatem Ben Arfa.

Untuk lebih jelasnya, silakan buka link ini:
http://bambytop.dagdigdug.com/2008/06/09/muslim-yang-menjadi-bintang-lapangan-hijau-di-ajang-euro-2008/